Selasa, 17 Mei 2016

Secangkir Kopi di Musim Hujan

Aku sangat menyukai hujan terlebih lagi ketika aku masih tinggal di Semarang, maklum cuaca Panas kota semarang tidak begitu membuatku nyaman terutama terik mataharinya yang kadang terasa sangat membakar kulit. Memang bila dibandingkan dengan kota metropolis seperti Jakarta yang jauh lebih panas dan berpolusi maka  Semarang bukanlah apa-apanya. tapi bagi seseorang yang terbiasa hidup di cuaca sejuk seperti diriku masih belum begitu terbiasa, sehingga ketika hujan turun nampak seperti pengobat dahaga, maklum kamarku yang tak ber ac. Bisa dibayangkan bau pengap dan panas yang menyerang kamarku membuatku hampir mati dehidrasi. Aku membuka laptop kemudian menyruput secangkir kopi panas dan meletakanya kembali di atas meja, satu-satunya meja yang ada dikamar kosanku, meja tua kecil yang masih nampak begitu baik. Pintu kamarku sengaja kubuka sedikit untuk menghindari bau kamar yang pengap. Bagi anak kos-kosaan sepertiku menghabiskan waktu didalam kamar dengan main facebook atau nonton drama korea lebih baik dari pada kluyuran diluar karena itu bukan ide bagus untuk menghemat uang bulanan tentunya. Hari itu ada sebuah inbox masuk ke akun facebookku. aku lupa tanggal dan bulan apa saat itu, lagi pula mengingatnya juga bukan hal yang terlalu penting namun bisa dipastikan aku masih semester-semester awal kuliah. Awalnya aku tidak begitu tertarik untuk membukanya namun saat aku menemukan nama asing itu rasa penasaran ku pun muncul. Sejujurnya bahasa inggris ku waktu itu masih dibilang berantakan, yang aku tahu hanya Yes No Yes No, jadi itulah sebabnya aku tidak terlalu suka chatting dengan orang asing. Sebut saja fouad bukan nama sebenarnya.  Dia mengirim pesan di facebookku. Saat itu entah kenapa aku sedikit antusias membalas chat nya, mungkin aku ingin mulai membiasakan diriku belajar bahasa inggris dan menghilangkan rasa takut diriku dengannya.  Aku bisa sedikit bernafas lega karena ternyata bahasa inggrisnya jauh lebih parah dariku. Fouad seorang pemuda dari negeri bernama Tunisia. Negara yang masih terdengar asing bagiku saat itu. Saat aku bertanya dimana Tunisia pada fouad dia hanya membalas lihatlah google map maka kamu akan tahu. Oh Tuhan ini orang rada nyebelin juga. Pikirku saat itu. Benar saja aku membuka "peta" bukan google map. Entah apa yang ada di pikiranku saat itu namun yang terlintas di otakku saat itu adalah benda bernama peta bukan google map. Sejak saat itulah aku tahu dimana negeri bernama Tunisia itu berada. Negeri bekas jajahan perancis yang terletak di afrika utara yang berbatasan dengan negeri bernama  Algeria dan Libya.  Arab? Aku agak sedikit ragu namun wajah fouad tidak begitu "arab" dia terlihat sedikit seperti orang eropa namun agak sedikit ke timur tengahan.
Dia memang tidak pandai berbahasa inggris namun bahasa perancisnya sangat sangat perfecto. bisa dibilang orang Tunisia menggunakan bahasa perancis sebagai bahasa kedua mereka setelah bahasa arab tetapi, bahasa arab orang tunisia agak berbeda dengan bahasa arab yang dipakai orang-orang timur tengah seperti saudi arabia misalnya. Entahlah aku juga tidak terlalu mengerti tentang bahasa arab. Pandanganku tentang negara arab adalah negara yang religious dengan perempuan-perempuan dibalik cadar atau semacamnya namun pandanganku berubah tentang negara bernama Tunisia. Wajah-wajah yang agak eropa dan kehidupan yang sekuler tidak seperti negara arab yang ada dalam benakku. Bahkan fouad pun tidak pernah membahas tentang sesuatu yang berbau islam. Namun bisa dibilang  karena dialah salah satu alasanku untuk belajar bahasa inggris. Dia pernah berkata padaku ajari aku bahasa inggris maka aku akan mengajarimu bahasa arab. Dan selama enam bulan itulah aku menghabiskan sedikit masa-masa tenggangku duduk dibalik laptop berchating ria dengannya ditemani secangkir vanilla latte. Jujur saja ada sedikit perasaan senang ketika aku menghabiskan waktu bersamanya menjelajah dimensi ruang maya untuk bertukar pikiran, saling mengenal budaya masing-masing dan tentu saja aku mempromosikan negeriku yang tercinta pada fouad. Saat itulah dia mulai mengenal negeri bernama "Indonesia"
Bisa dibilang pertemuanku dengan pemuda bernama fouad (bukan nama sebenarnya) merupakan kenangan yang berkesan meskipun pertemanan kami yang hanya sementara. Jarak dan waktu yang tidak bisa membuat kami saling tetap berkomunikasi. tentu saja aku merasa sedih saat kehilangan teman diskusi seperti fouad namun, kenangan yang terukir tidak akan pernah terlupakan. Lain kali aku akan ceritakan kisah lain lagi masih dengan secangkir vanilla latte tentunya.




Vlatte

0 komentar:

Posting Komentar